Selasa, 08 Mei 2012

Terapeutik Cycle / Siklus Terapi


Terapeutik cycle merupakan pengembanga sistem dari Drug Management Cycle. Oleh karena itu penjelasan mengenai terapeutic cycle ini tidak jauh berbeda dengan Drug Management cycle. Sama hal dengan Drug Management Cycle, pada terpautic cycle juga memiliki policy and legal framework yang merupakan suatu sistem kebijakan yang diatur oleh undang-undang yang menjadi dasar atau acuan untuk melakukan kegiatan kefarmasian.
Kegiatan yang dilakukan dimulai dari dispensing  yaitu suatu proses sejak penerimaan resep sampai pemberian informasi yang cukup, monitoring selama pasien menggunakan obat dan evaluasi kelengkapan dari resep tersebut (skrining resep), kemudian apoteker merekomendasikan resep tersebut untuk diformulasi oleh karena itu dibutuhkan keterampilan dalam pemilihan obat-obatan yang akan digunakan. Selain itu dalam mengelola persediaan obat di rumah sakit, diperlukan suatu perencanaan agar penggunaan obat sesuai denga  kebutuhan.Biasanya terdiri dari perencanaan tahunan ataupun membuat perencanaan 3 bulanan (tender) kemudian dilakukan pengadaan obat yang mana nantinya prosedur ini obatnya dapat dibeli ataupun dibuat sendiri.
            Jika stok atau persediaan  obat berkurang (tidak memenuhi stok yang diharapkan) atau bahkan habis, maka apoteker akan  mengeluarkan Surat Pesanan ke PBFuntuk mendapatkan persediaan obat, hal ini termasuk dalam proses penerimaan obat-obat. Barang atau obat-obatan yang telah diterima kemudian disimpan di gudang farmasi yang nantinya akan  didistribusikan ke berbagai tempat, seperti ruang rawat inap, rawat jalan, ruang UGD pelayanan farmasi dan lain-lain. jika obat yang ada sudah rusak atau masa  Expire Date telah dekat (biasanya 3 bulan sebelum ED) maka harus dilakukan pemusnahan agar tidak digunakan. Semua kegiatan di atas mulai dari proses dispensing sampai dengan proses pemusnahan dilakukan dengan pengawasan, pencatatan, pelaporan dan pengendalian oleh lembaga yang berwenang sesuai dengan kebijakan perundang-undangan. Oleh karena itu, dalam melakukan proses terapeutic cycle ini diperlukan manajemen pendukung yang meliputi organisasi, financial yang memadai, informasi yang terbaru dalam dunia kesehatan dan yang paling penting yaitu manusia yang bersumber daya.
            Perlu diketahui bahwa dalam proses pemilihan obat dilakukan oleh PFT (Panitia Farmasi dan Terapeutik), anggota dari PFT yaitu dokter, farmasis, perawat dan staf. PFT bertanggung jawab untuk merapatkan obat-obat yang akan digunakan di rumah sakit dengan membuat formularium, yaitu dokumen yang berisi kumpulan produk obat disertai informasi tambahan penting mengenai penggunaan obat tersebut, kebijakan dan prosedur terkait dengan obat tersebut yang relevan dengan rumah sakit yang secara terus-menerus direvisi agar selalu akomodity untuk kepentingan penderita dan staf professional rumah sakit. Farmakope Indonesia dan buku standar lain yang ditetapkan PFT merupakan dasar acuan yang baik untuk menetapkan spesifikasi sediaan obat. Di samping itu, juga harus ada criteria untuk mengevaluasi keberterimaan (aseptabilitas) pemanufaktur dan distributor. Dengan pengadaan formularium, PFT memberikan pedoman untuk pemilihan obat. Namun, dengan pengetahuannya yang cermat, apoteker harus mempunyai wewenang menolak suatu sediaan obat atau pemasok tertentu.
            Selain itu dalam proses perencanaan ada 3 metode yang bisa kita lakukan yaitu:
1.    Metode konsumsi
Perhitungan kebutuhan didasarkan pada data real konsumsi obat periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.
Langkah-langkah:
§  lakukan estimasi
§  estimasi jumlah kebutuhan periode mendatang
§  penerapan kebutuhan
Rumus:
CT = (CA x T) + SS – sisa stock
Keterangan:
CT = kebutuhan per periode waktu
CA  = kebutuhan rata-rata waktu (bulan)
T     = lama kebutuhan (bulan/tahunan)
SS   = safety stock
Keuntungan metode konsumsi:
Ø mudah dan sederhana
Kerugian metode konsumsi:
ü tidak memungkinkan untuk program pengembangan rumah sakit
ü tidak sesuai apabila ada penyakit yang mewabah tidak terduga
ü stock macet
2. Metode epidemiologi
Perhitungan kebutuhan berdasarkan morbiditas atau pola penyakit.
Langkah-langkah:
§  susun daftar masalah kesehatan atau penyakit utama yang terjadi
§  lakukan pengelompokan pasien
§  tentukan frekuensi tiap penyakit per tahun/per periode
§  susun standar terapi rata-rata
§  estimasikan tipe dan frekuensi
§  susun daftar obat yang dikuantifikasikan
Rumus:
CT = (CE x T) + SS – sisa stock
Keterangan:
CE = jumlah pasien
Keuntungan metode epidemiologi:
Ø memungkinkan untuk pelaksanaan pengembangan rumah sakit
Ø mendorong pencatatan epidemiologi secara akurat
Kekurangannya:
ü rumit dan membutuhkan tenaga ahli
ü pola penyakit tidak selalu sama
ü obat macet
3. Metode kombinasi (konsumsi dan epidemiologi)
Perhitungan kebutuhan yang sudah mempunyai data konsumsi yang jelas, namun kasus penyakit cenderung berubah (naik atau turun).
Keuntungan metode kombinasi:
Ø  untuk kasus penyakit yang cenderung berubah
Kekurangannya:
ü rumit
ü obat macet
Jika dana kurang, maka yang dilakukan adalah dengan menentukan prioritas pemilihan obat dengan kombinasi analisa VEN( Vital, Esensial dan Non-esensial), PUT (Prioritas, Utama dan Tambahan) dan ABC (pareto).
Jadi, dari ringkasan di atas dapat kita simpulkan bahwa baik Drug Management Cycle  maupun terapeutic cycle rumah sakit akan berjalan dengan lancar dan baik jika didukung oleh  manajemen pendukung yang baik pula, mulai dari struktur organisasi, bagian keuangan, sistem informasi dan sumber daya manusia yang bersumber daya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar