PENDAHULUAN
Teknologi informasi merupakan salah satu
teknologi yang sedang berkembang dengan pesat pada saat ini. Dengan kemajuan
teknologi informasi, pengaksesan terhadap data atau informasi yang tersedia
dapat berlangsung dengan cepat, efisien serta akurat.
Perkembangan teknologi informasi telah mengubah
manusia dalam menyelesaikan semua pekerjaannya, tidak hanya dalam pekerjaannya
saja tetapi dalam segala aspek kehidupan manusia, seperti pada saat pencarian
informasi. Jika dahulu manusia mencari informasi sebatas pada buku, media
cetak, maupun secara lisan, sekarang lebih banyak mencari informasi tersebut
melalui internet. Secara tidak langsung dapat dikatakan semua serba terkomputerisasi.
Bidang
farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat dengan produk
dan pelayanan produk untuk kesehatan. Dalam sejarahnya, pendidikan tinggi
farmasi di Indonesia dibentuk untuk menghasilkan apoteker sebagai penanggung
jawab apotek, dengan pesatnya perkembangan ilmu kefarmasian maka apoteker atau
dikenal pula dengan sebutan farmasis, telah dapat menempati bidang pekerjaan
yang makin luas. Apotek, rumah sakit, lembaga pemerintahan, perguruan tinggi,
lembaga penelitian, laboratorium pengujian mutu, laboratorium klinis, laboratorium
forensik, berbagai jenis industri meliputi industri obat,
kosmetik-kosmeseutikal, jamu, obat herbal, fitofarmaka, nutraseutikal, health
food, obat veteriner dan industri vaksin, lembaga informasi obat serta
badan asuransi kesehatan adalah tempat-tempat untuk farmasis melaksanakan
pengabdian profesi kefarmasian.
Pelayanan obat kepada penderita melalui
berbagai tahapan pekerjaan meliputi diagnosis penyakit, pemilihan, penyiapan
dan penyerahan obat kepada penderita yang menunjukkan suatu interaksi antara
dokter, farmasis, penderita sendiri dan khusus di rumah sakit melibatkan
perawat. Dalam pelayanan kesehatan yang baik, informasi obat menjadi sangat
penting terutama informasi dari farmasis, baik untuk dokter, perawat dan
penderita.
Dengan lingkup pelayanan yang begitu
luas, tentunya banyak sekali permasalahan kompleks yang terjadi dalam proses
pelayanan farmasi. Banyaknya variabel turut menentukan kecepatan arus informasi
yang dibutuhkan oleh pengguna dan lingkungan pelayanan farmasi. Pengelolaan
data di rumah sakit merupakan salah satu komponen yang penting dalam mewujudkan
suatu sistem informasi di rumah sakit. Pengelolaan data secara manual,
mempunyai banyak kelemahan, selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratannya
juga kurang dapat diterima, karena kemungkinan kesalahan sangat besar. Dengan dukungan
teknologi informasi yang ada sekarang ini, pekerjaan pengelolaan data dengan
cara manual dapat digantikan dengan suatu sistem informasi dengan menggunakan
komputer. Selain lebih cepat dan mudah, pengelolaan data juga menjadi lebih
akurat yang tentu saja membantu dan memudahkan farmasis dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
ISI/PEMBAHASAN
Teknologi informasi dan komunikasi sudah
menjadi bagian penting dari penyelenggaraan kesehatan di Indonesia. Beberapa
institusi kesehatan seperti rumah sakit, klinik, laboratorium dan bahkan
puskesmas dan dinas kesehatan sudah banyak yang mengadopsi teknologi ini.
Penyedia jasa pengembang aplikasi berbasis komputer untuk kesehatan juga
semakin banyak, dari pemain lokal, nasional dan juga pemain multinasional.
Pemerintah pun juga sangat mendorong pemanfaatan teknologi informasi di sektor
kesehatan.
Penggunaan teknologi informasi memang
sudah dirasa perlu dalam mengolah data dan informasi kesehatan yang jumlahnya
tak terbatas. Tidak hanya untuk meningkatkan efektifitas pelayanan,
aksesibilitas terhadap data kesehatan dan peningkatan efisiensi, teknologi
informasi juga akan sangat membantu untuk monitoring dan evaluasi program
kesehatan, surveilans penyakit dan tentunya penelitian. Banyak praktisi sistem
informasi, akademisi, pelaku industri sudah memperkenalkan berbagai inovasi
kesehatan berbasis teknologi informasi. Namun, masih sedikit dari inovasi ini yang
dapat dikenal dan diadopsi oleh institusi kesehatan.
Teknologi informasi juga mampu
memberikan dukungan pengambilan keputusan dalam manajemen obat dan pengobatan.
Meskipun masih cukup jarang ditemui, pengembangan Management Support Systems
(MSS) menjadi alternatif yang sangat baik dalam membantu para klinisi dalam
melakukan manajemen obat dan pengobatan. Beberapa model keputusan dalam MSS
dapat diterapkan untuk membantu memberikan alternatif solusi bagi para
pengambil keputusan dalam pengelolaan obat dan menyelesaikan beberapa masalah
terkait dengan pengobatan. Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi
adalah salah satu upaya dalam pelayanan informasi kepada konsumen obat. Dalam
era yang serba digital, kecanggihan teknologi harus diperhitungkan sebanyak
mungkin memberi nilai lebih dalam setiap aktivitas kehidupan. Pemanfaatan
teknologi informasi di bidang farmasi dan kedokteran harus selalu bermuara pada
upaya peningkatan keberhasilan terapi dan keselamatan pasien.
a.
Pengertian Informatika
Farmasi
Informatika
farmasi adalah ilmu yang berfokus pada obat sebagai data dan ilmu pegetahuan
yang menjamin kesinambungan sistem pelayanan kesehatan termasuk pengembangan,
penyimpanan, analisis, penggunaan dan deseminasi dalam penyaluran obat yang
optimal terkait pelayanan pasien dan keluaran kesehatan.
Informatika
farmasi berfokus pada penerapan teknologi untuk apoteker dalam mendukung,
merampingkan, meningkatkan alur kerja, meningkatkan keselamatan pasien dengan
praktik terbaik dan sistem yang handal. Setelah adanya pengakuan tentang peran
apoteker yang meningkat pesat dalam penggunaan informasi kesehatan dan sistem
manajemen.
Informatika
farmasi, juga disebut sebagai pharmaco informatics, adalah aplikasi komputer
untuk pengambilan, penyimpanan dan analisis obat dan informasi resep.
Informatika farmasi bekerja dengan sistem informasi manajemen farmasi yang
membantu apoteker membuat keputusan yang sangat baik tentang terapi obat pasien
sehubungan dengan, catatan asuransi kesehatan, interaksi obat, serta informasi
resep dan pasien.
Informatika farmasi mempelajari tentang:
1.
Interaksi antara manusia dan proses kerjanya
2.
Rekayasa sistem dalam perawatan kesehatan dengan fokus pada perawatan
farmasi
3.
Meningkatkan keselamatan pasien
Informatika Farmasi dapat dianggap sebagai sub-domain/bagian dari
disiplin profesional yang lebih besar dari informatika kesehatan.Beberapa
defenisi informatika farmasi mencerminkan hubungan antara informatika farmasi
dengan informatika kesehatan. Sebagai contoh, Health Information Management
Systems Society (HIMSS) mendefinisikan informatika farmasi sebagai,
"bidang ilmiah yang berfokus pada pengobatan yang berhubungan dengan data
dan pengetahuan dalam sistem kesehatan, termasuk
akuisisi,penyimpanan,analisis,penggunaan dan pengembangan obat serta pengiriman
obat yang optimal terkait perawatan pasien dan hasil kesehatan”.
b.
Sistem Informasi
dalam Informatika Farmasi
Sistem informasi
adalah sekumpulan komponen pembentuk sistem yang mempunyai keterkaitan antara
satu komponen dengan komponen lainnya yang bertujuan menghasilkan suatu
informasi dalam suatu bidang tertentu. Dalam sistem informasi diperlukannya
klasifikasi alur informasi, hal ini disebabkan keanekaragaman kebutuhan akan
suatu informasi oleh pengguna informasi. Kriteria dari sistem informasi antara
lain, fleksibel, efektif dan efisien.
Pada saat ini
dunia industri dan bisnis memerlukan informasi yang tepat, cepat dan relevan.
Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentunya harus menggunakan sistem
informasi. Sistem informasi dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai
suatu sistem yang menyediakan informasi bagi semua tingkatan dalam organisasi
tersebut kapan saja diperlukan. Sistem ini menyimpan, mengambil, mengubah,
mengolah dan mengkomunikasikan informasi yang diterima dengan menggunakan
sistem informasi atau peralatan sistem lainnya sebagai suatu sistem di dalam
suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas,
teknologi, media prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk
mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu,
memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian
internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk
pengambilan keputusan.
c.
Tujuan dan
Manfaat Informatika Farmasi
Sesuai dengan
defenisi Informatika farmasi yaitu ilmu yang berfokus pada obat sebagai data
dan ilmu pegetahuan yang menjamin kesinambungan sistem pelayanan dan informasi
kesehatan termasuk pengembangan, penyimpanan, analisis, penggunaan dan
deseminasi dalam penyaluran obat yang optimal terkait pelayanan pasien dan
keluaran kesehatan, yang penerapannya menggunakan teknologi berupa aplikasi
komputer (pharmaco informatics). Jadi, secara umum informatika farmasi bekerja
dengan sistem informasi manajemen farmasi yang membantu apoteker membuat
keputusan yang sangat baik tentang terapi obat pasien sehubungan dengan catatan
asuransi kesehatan, interaksi obat, serta informasi resep dan pasien. Penerapan
sistem informasi manajemen farmasi dengan teknologi tinggi dapat membantu
apoteker dalam mendukung, merampingkan, meningkatkan alur kerja,
meningkatkan keselamatan pasien dengan praktik terbaik dan sistem yang handal
baik di rumah sakit, puskesmas, apotek maupun di lembaga-lembaga farmasi
lainnya.
Informatika
farmasi bertujuan menyediakan informasi yang cepat dan handal tentang terapi
obat yang mampu membantu pasien dalam proses penyembuhannya.Pada masa yang akan
datang beberapa konsep baru telah disepakati untuk digunakan di lingkungan
Divisi Farmasi. Hal pertama yang diperkenalkan dan akan dilaksanakan adalah
order manajemen yaitu pemanfaatan pelayanan permintaan dan penyampaian hasil
pemberian obat dengan memanfaatkan fasilitas komputer secara online. Fasilitas
ini dapat dimanfaatkan oleh semua unit pengguna. Status atau proses permintaan
layanan termasuk hasil pemberian obat dapat dipantau / dilihat langsung melalui
fasilitas komputer.
Sistem
informatika farmasi secara otomatis menjadi
penting yang memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Mengoptimalkan
keamanan dan efisiensi dari proses penggunaan obat.
2. Meningkatkan
efisiensi dan mengurangi waktu apoteker dalam menyiapkan serta mengeluarkan
obat dan memungkinkan penigngkatan waktu untuk kegiatan klinis.
3.
Penerapan
teknologi ini juga memungkinkan penyebaran langkah-langkah keamanan canggih.
4. Sistem
farmasi menggabungkan pasien khusus data klinis untuk mendukung penelaahan kesesuaian
obat, melakukan real-time manajemen persediaan, dan interaktif dengan sistem
lain, termasuk untuk persediaan atau pemasukan obat yang terkomputerisasi (CPOE/
computerized
provider order entry), administrasi bar code obat (BCMA/ bar code
medication administration), sistem dispensing yang otomatis, sistem penagihan,
dan catatan kesehatan elektronik (EHR/ electronic health records).
5. Sistem
informatika farmasi juga ada dalam pengaturan rawat jalan dan berfungsi untuk
membantu apoteker menerima, proses, isi, dan mengeluarkan perintah resep;
persediaan obat, dan pembayaran tagihan resep.
Selain itu, informatika farmasi juga
digunakan untuk meningkatkan komunikasi antara apoteker, dokter dan pengasuh
lainnya, dan pasien. Selain mampu meningkatkan kecepatan diagnosis dan
memeriksa interaksi obat mungkin atau alergi sebelum resep diisi, informatika farmasi
memungkinkan pasien untuk memiliki pemahaman yang lebih baik dari obat-obatan
yang diberikan dan memungkinkan pasien memiliki kemampuan untuk mengobati
penyakit mereka sendiri. Apoteker juga mungkin dapat membantu dokter dan orang
lain dalam menentukan terapi yang tepat untuk kondisi tertentu.
Kunci utama informatika farmasi adalah
memastikan bahwa komunikasi bagi penyedia layanan kesehatan, apoteker, dan
pasien mudah diakses sehingga mereka semua dapat bekerja sama untuk kepentingan
pasien. Dokter, perawat, pekerja rumah sakit, dan profesional kesehatan
lainnya harus mampu mengakses catatan yang relevan dan informasi pasien dengan
mudah, sementara apoteker perlu tahu persis obat apa yang sedang diresepkan
untuk pelanggan dan apakah ada bahaya bahwa resep baru akan menyebabkan
interaksi dengan obat lain yang dapat memperburuk keadaan pasien. Pasien,
tentu saja, harus menerima dengan mudah dan dapat mengikuti petunjuk tentang
bagaimana mereka harus menangani pemulihan mereka dan apa efek samping
obat-obatan tersebut.
KESIMPULAN
Informatika farmasi yaitu ilmu yang
berfokus pada obat sebagai data dan ilmu pegetahuan yang menjamin kesinambungan
sistem pelayanan dan informasi kesehatan termasuk pengembangan, penyimpanan,
analisis, penggunaan dan deseminasi dalam penyaluran obat yang optimal terkait
pelayanan pasien dan keluaran kesehatan, yang penerapannya menggunakan
teknologi berupa aplikasi komputer (pharmaco informatics).
Tujuan informatika farmasi adalah
menyediakan informasi yang cepat dan handal tentang terapi obat yang mampu
membantu pasien dalam proses penyembuhannya.
Manfaat informatika farmasi adalah:
1.
Membantu
apoteker membuat keputusan yang sangat baik tentang terapi obat pasien.
2.
Membantu apoteker dalam mendukung, merampingkan,
meningkatkan alur kerja, meningkatkan keselamatan pasien dengan praktik terbaik
dan sistem yang handal baik di rumah sakit, puskesmas, apotek maupun di
lembaga-lembaga farmasi lainnya.
3.
Mengoptimalkan
keamanan dan efisiensi dari proses penggunaan obat.
4. Meningkatkan
efisiensi dan mengurangi waktu apoteker dalam menyiapkan serta mengeluarkan
obat dan memungkinkan penigngkatan waktu untuk kegiatan klinis.
5.
Penerapan
teknologi ini juga memungkinkan penyebaran langkah-langkah keamanan canggih.
6. Sistem
farmasi menggabungkan data klinis pasien khusus untuk mendukung penelaahan
kesesuaian obat, melakukan real-time manajemen persediaan obat, dan interaktif
dengan sistem lain, termasuk untuk persediaan atau pemasukan obat yang
terkomputerisasi (CPOE/ computerized
provider order entry), administrasi bar code obat (BCMA/ bar code medication
administration), sistem dispensing yang otomatis, sistem penagihan, dan catatan
kesehatan elektronik (EHR/ electronic health records).
7. Sistem
informatika farmasi juga ada dalam pengaturan rawat jalan dan berfungsi untuk
membantu apoteker menerima, proses, isi, dan mengeluarkan perintah resep;
persediaan obat, dan pembayaran tagihan resep.
8. Informatika
farmasi juga digunakan untuk meningkatkan komunikasi antara apoteker, dokter
dan pengasuh lainnya, dan pasien.
9.
informatika
farmasi memungkinkan pasien untuk memiliki pemahaman yang lebih baik dari
obat-obatan yang diberikan dan memungkinkan pasien memiliki kemampuan untuk
mengobati penyakit mereka sendiri.
10.
Apoteker
juga mungkin dapat membantu dokter dan orang lain dalam menentukan terapi yang
tepat untuk kondisi tertentu.
REFERENSI
Yulinah,
Ellin. .... .Tren dan Paradigma Dunia Farmasi; http://www.itb.ac.id/focus/focus_file/orasi-ilmiah-dies-45.pdf
Sofyanto, Agung. 2010. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Pengadaan dan Persediaan Obat
pada Gudang Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten;
http://repository.amikom.ac.id/files/PUBLIKASI_06.12.1476.pdf
Handoyo, Eko dkk. 2008. Aplikasi Sistem Informasi Rumah Sakit Berbasis web Pada Sub-sistem
Farmasi Menggunakan framework prado. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/eko_3_.pdf
Riswansyah. 2011. Informatika Farmasi; http://anitaningsih.blogspot.com/2011/12/informatika-farmasi.html
...., 2009. Pemahaman Singkat
Mengenai Informatika; http://www.pnri.go.id/MajalahOnlineAdd.aspx?id=113
saya setuju kalau ICT mengubah cara menyelesaikan pekerjaan dibanding pemahaman mainstream atau kebanyakan orang sekarang yaitu ICT sebagai supporting, karena mencatat apa yang dilakukan itu termasuk pekerjaan jadi bisa dianggap belum selesai menangani pasien kalau kita tidak mencatat/mendokumentasikannya
BalasHapusiya...terima kasih mas uji.
BalasHapus